Langsung ke konten utama

Passing Through

Hampir setiap tiga bulan kita bisa lihat ada smartphone keluaran terbaru yang mengusung spesifikasi terbaik. Handphone yang ada di tangan kita saat ini bisa menyediakan hampir semua kebutuhan kita, dia menampilkan sejuta pesona, dia adalah layar kotak bersinar penuh kilau. Sebagian waktu kita bisa jadi lebih banyak dihabiskan di depan layar smartphone atau komputer. Tapi tahukah kamu bahwa waktu adalah salah satu modal terbesar kita untuk membuat diri kita menjadi apa kita inginkan. Misalnya, kita ingin jadi orang sejahtera yang terlihat dari mobil yang kita punya, kita ingin punya perusahaan yang mempekerjakan beberapa karyawan, kita ingin lulus cumlaude dari sebuah universitas dan dipanggil sebagai mahasiswa terbaik pada perayaan wisuda, dan seterusnya.

The problem is: the most of us doesn't realize what we want to be. "Because we're living in a world of fools," begitu kata band legendaris Bee Gees dalam salah satu lagunya. Apa saja yang bersinar di layar gadget kita tampak lebih menarik daripada sekedar ngobrol dengan keluarga di rumah atau nyoba hobi baru bareng teman-teman di luar. Mungkin buat kamu yang merasakan hal ini kamu sedang meyakini fillosofi hidup "Mengalir saja seperti air," dan yang kamu lupa air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Selain waktu, modal terbesar kita ya diri kita sendiri. "If you you believe in yourself, anything is possible," itu bukan kata saya, tapi kata si penyanyi lagu Wrecking Ball Miley Cyrus. Ketika kita meyakini diri kita yang sekarang ini adalah pribadi yang menarik dan pintar misalnya, maka kita akan berjalan di hadapan siapa pun seperti itu, dan itu suatu hal yang menguntungkan. Ada yang namanya Self Esteem.

Seperti halnya sebuah produk, kita akan berlaku sesuai apa yang dilabelkan kepada diri kita. Hal itu terjadi dengan syarat kita yakin betul label tersebut nyata adanya di diri kita. Selanjutnya tentang label dapat dijelaskan dalam artikel berikut ini. Label-label itu kadang disematkan orang terdekat di sekeliling kita, bisa Ibu, Bapak, teman sekolah, adik atau kakak, bahkan guru. Di sini lah profesi guru sebenarnya punya peranan besar yang mampu membentuk generasi yang lebih baik. Dibanding orang dewasa, anak kecil lebih mudah menerima label yang diucapkan kepadanya. Karena itu lah guru bukan profesi yang bisa dipandang sebelah mata. Dia bisa jadi penentu perkembangan anak-anak didiknya.

Jadi yang pertama, kita tidak bisa menggunakan waktu sebaik mungkin bila kita belum mengetahui apa tujuan kita, apa yang kita tuju di masa mendatang. Kedua, tanpa memahami dan mengenali diri sendiri kemungkinan kita akan tetap menjadi pribadi yang sama dalam lima tahun ke depan. Pikiran kita punya pengaruh vital dalam perjalanan hidup ini. Sebagai ilustrasi, ada seorang guru masuk ke dalam ruang kelas 3 SMA, dia memakai baju seragam batik seperti guru lainnya, yang membedakan dia adalah celananya yang ujung bawahnya menggantung diatas mata kaki, memperlihatkan kaos kakinya yang sewarna dengan sepatunya. Ketika guru baru itu masuk ke kelas setiap murid punya pandangan yang berbeda-beda tentang guru tersebut. Apa yang membuat cara pandang satu kelas siswa-siswi itu berbeda? Ya betul, salah satunya adalah latar belakang keluarga dan lingkungannya. Kepala kita diisi sesuai dengan apa yang setiap hari kita lihat, dengar dan rasakan. Saya menyadari hal ini sejak beberapa waktu yang lalu saat membaca ini.

#pengingatdirisendiri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Berproses

Waktu bergulir begitu cepat seperti debu yang merambat. Sesekali dapat terlihat dari celah sinar mentari yang masuk ke rumah. Debu berterbangan bebas tanpa arah. Namun itu menurut kita. Seperti waktu, debu dihadirkan dengan takdirnya mengikuti arah angin yang membawanya. Bisa menempel di pohon-pohon, bisa menempel di celah bangunan pencakar langit, bisa juga mengendap di lorong dapur tempat ibu biasa memasak. Maka waktu, meski bukan sekumpulan zat organik yang terbang bebas di sekitar kita, ia adalah jatah yang kita miliki, jatah keluasan udara yang kita rasakan saat ini. Wahai sang pemilik waktu, izinkanlah aku hanya berdoa kepada-Mu. Wahai pemilik bulan november yang menakjubkan, ada seorang anak kecil yang sedang berproses disana. Sejak kecil ia adalah wanita yang pandai menjaga dirinya. Seorang yang suci dan tak mudah terdistraksi. Sikapnya yang bijaksana melapisi tubuh mungilnya. Proses menentukan hasil. Semoga jiwa besarnya mengantarkan ia ke level selanjutnya.

Setan

Kutulis ini setelah aku bercengkerama dengan setan. Tak ada kebohongan tersirat dari wajahnya. Dia berkata seolah tak pernah ada yang mendengarnya. "Dunia ini hanya tinggal sisanya saja," katanya. Antara ada dan tiada aku pun memercayainya. Sisa dari apa? Aku pun tak paham. Namun begitulah dia beserta sifatnya. Berusaha membisikkan kuping manusia dengan kejahatan, meski itu bukan suatu kebohongan. Ya, kejahatan memang sudah lama merasuk dalam setiap sendi kehidupan umat manusia. Bercokol dalam dusta setiap ruh yang memakmurkannya. Tak ada bisa, tahta pun jadi. Kursi kekuasaan mampu melegitimasi nasib lebih-lebih daripada bisa meluluhlantakkan kancil yang arif. Sudah lama cerita ini menggema. Berulang terus dalam beberapa kisah berbangsa dan bernegara. Bukan hanya di atas saja. Dampak kuasa itu terus menjalar ke aliran selokan-selokan di bawah jalan raya ibu kota. Pengemis berdasi bergelimpangan memenuhi zona kapitalisasi ekonomi yang tak pernah lagi sama. Tipu muslihat tel