Apalah arti sebuah nama. Ungkapan dari mana ini? Kata siapa sebuah nama itu tidak berarti apa-apa. Namun ini menjadi benar adanya bagi sebagian orang. Sebagian yang tetap diam di kala temannya yang lain telah menemukan arah. Sebagian yang terbawa arus deras karena bersemboyan "take it with the flow."
Tetapi menarik bila kita lihat dari perspektif yang lain. Di saat ada seorang perempuan berumur 16 tahun yg menjadi duta ASEAN untuk PBB, dan Ia anak Indonesia. Seorang anak yang mampu berpidato dalam 6 bahasa. Ia punya ungkapan "Tak penting siapa kita. Yang terpenting adalah apa yang bisa kita beri kepada sekitar."
Inilah sudut pandang yang terlihat remeh. Bagaimana kita memandang diri sebagai subjek. Oh iya. Sorry bukan maksud mau ceramah atau jadi motivator. Hanya mengutip pendahuluan khutbah Jumat: "khususnya untuk mengingatkan diri sendiri & umumnya untuk hadirin sekalian."
Ga tau kenapa inilah yang terlintas di benak gue setelah menonton dua film: 5cm & IronMan3. Gue jadi nyesel ga nonton filmnya saat dulu pertama kali keluar. Kedua film ini (sekali lagi) menawarkan dua perspektif, dua pilihan, bagaimana kita melihat diri dan dengannya bersikap. Nama kerennya: persepsi diri.
Seorang Tony Stark yang sombong nan aduhai dengan kecerdasan mekanisnya ditampilkan menarik di seri ketiga ini. Sisi lain kelemahannya diungkap lewat serangkaian mimpi buruk yg jadi nyata. Peristiwa kekalahannya menjadi titik balik yang mengingatkan peran orang2 di sekelilingnya. Dan ketika kemenangan kembali menyapanya pemahaman itu mulai hadir. Betapa sikapnya yang egosentris sama sekali tidak menguntungkannya. Ia sadar. Pikirannya terbuka. Seri ini seakan menjadi fase kepompong bagi seorang Imron Man.
Satu lagi, 5cm. Film ini seperti membuka mata kita para individualis, gadget lovers. Bagaimana hidup dengan teman akan sangat mewarnai emosi sehari-hari. Menawarkan mekanisme ideal khidupan muda-mudi postmo masa kini. Lalu muncul sebuah resolusi. Hening yg memisahkan lima orang sahabat dalam beberapa waktu diakhiri dengan perjalanan yang memukau mereka. Gunung Mahameru, gunung tertinggi di pulau Jawa. Beragam rintangan yg pada puncaknya hampir merenggut nyawa dapat mereka lalui dengan semangat persahabatan. (Mungkin gak sekeren ini sih filmnya.)
Yang jelas pada endingnya sebuah motivasi meluncur tajam dari busurnya. Sekaligus menjelaskan makna judul dari film itu: "Letakkan jari telunjukmu lima senti di depan kening. Biarkan dia menggantung. Sebagaimana cita-citamu yang akan kau capai." Zafran, sebagai tokoh sentral dalam film ini, berhasil membawa pesan inti dari film ini. Sebagaimana kata Tony Stark: "Everyone needs a hobby," lewat film ini Donny Dirghantoro berujar: setiap orang harus memiliki mimpi!
Kalau ada yang mau mengklasifikasi jenis tulisan ini, gue saranin ga usah. Karena gue sendiri ga tau ini semacam opini atau resensi film. Yang jelas ini yg gue tau: diri yang berjalan di atas muka bumi ini memerlukan jiwa yang membuatnya tidak hanya tumbuh sebagai sebuah nama lalu pergi.
Nah, besok tanggal delapan Agustus. Hari apa? Hari Raya umat muslim sedunia. Idul Fitri. Apa hubunganya? Apa benar pada hari itu kita menjadi kembali fitri? Kembali kepada fitrahnya. Setelah menjalani ketentuan berpuasa selama 30 hari. Tak jauh beda dengan proses pendakian gunung Mahameru yang menuntut kesabaran. Semoga bulan Ramadhan yg agung ini dapat membuat kita menjadi pribadi yang semakin bermakna. Dan itu hanya dapat dimulai dari cara menilai diri. Keagungan yang dianugrahkan kepada kita lewat akal memberi kita pilihan untuk terus mengarungi cakrawala yang luas ini dengan berbeda.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriah!
Komentar