Langsung ke konten utama

8 Agustus

Apalah arti sebuah nama. Ungkapan dari mana ini? Kata siapa sebuah nama itu tidak berarti apa-apa. Namun ini menjadi benar adanya bagi sebagian orang. Sebagian yang tetap diam di kala temannya yang lain telah menemukan arah. Sebagian yang terbawa arus deras karena bersemboyan "take it with the flow."

Tetapi menarik bila kita lihat dari perspektif yang lain. Di saat ada seorang perempuan berumur 16 tahun yg menjadi duta ASEAN untuk PBB, dan Ia anak Indonesia. Seorang anak yang mampu berpidato dalam 6 bahasa. Ia punya ungkapan "Tak penting siapa kita. Yang terpenting adalah apa yang bisa kita beri kepada sekitar."

Inilah sudut pandang yang terlihat remeh. Bagaimana kita memandang diri sebagai subjek. Oh iya. Sorry bukan maksud mau ceramah atau jadi motivator. Hanya mengutip pendahuluan khutbah Jumat: "khususnya untuk mengingatkan diri sendiri & umumnya untuk hadirin sekalian."

Ga tau kenapa inilah yang terlintas di benak gue setelah menonton dua film: 5cm & IronMan3. Gue jadi nyesel ga nonton filmnya saat dulu pertama kali keluar. Kedua film ini (sekali lagi) menawarkan dua perspektif, dua pilihan, bagaimana kita melihat diri dan dengannya bersikap. Nama kerennya: persepsi diri.

Seorang Tony Stark yang sombong nan aduhai dengan kecerdasan mekanisnya ditampilkan menarik di seri ketiga ini. Sisi lain kelemahannya diungkap lewat serangkaian mimpi buruk yg jadi nyata. Peristiwa kekalahannya menjadi titik balik yang mengingatkan peran orang2 di sekelilingnya. Dan ketika kemenangan kembali menyapanya pemahaman itu mulai hadir. Betapa sikapnya yang egosentris sama sekali tidak menguntungkannya. Ia sadar. Pikirannya terbuka. Seri ini seakan menjadi fase kepompong bagi seorang Imron Man.

Satu lagi, 5cm. Film ini seperti membuka mata kita para individualis, gadget lovers. Bagaimana hidup dengan teman akan sangat mewarnai emosi sehari-hari. Menawarkan mekanisme ideal khidupan muda-mudi postmo masa kini. Lalu muncul sebuah resolusi. Hening yg memisahkan lima orang sahabat dalam beberapa waktu diakhiri dengan perjalanan yang memukau mereka. Gunung Mahameru, gunung tertinggi di pulau Jawa. Beragam rintangan yg pada puncaknya hampir merenggut nyawa dapat mereka lalui dengan semangat persahabatan. (Mungkin gak sekeren ini sih filmnya.)

Yang jelas pada endingnya sebuah motivasi meluncur tajam dari busurnya. Sekaligus menjelaskan makna judul dari film itu: "Letakkan jari telunjukmu lima senti di depan kening. Biarkan dia menggantung. Sebagaimana cita-citamu yang akan kau capai." Zafran, sebagai tokoh sentral dalam film ini, berhasil membawa pesan inti dari film ini. Sebagaimana kata Tony Stark: "Everyone needs a hobby," lewat film ini Donny Dirghantoro berujar: setiap orang harus memiliki mimpi!

Kalau ada yang mau mengklasifikasi jenis tulisan ini, gue saranin ga usah. Karena gue sendiri ga tau ini semacam opini atau resensi film. Yang jelas ini yg gue tau: diri yang berjalan di atas muka bumi ini memerlukan jiwa yang membuatnya tidak hanya tumbuh sebagai sebuah nama lalu pergi.

Nah, besok tanggal delapan Agustus. Hari apa? Hari Raya umat muslim sedunia. Idul Fitri. Apa hubunganya? Apa benar pada hari itu kita menjadi kembali fitri? Kembali kepada fitrahnya. Setelah menjalani ketentuan berpuasa selama 30 hari. Tak jauh beda dengan proses pendakian gunung Mahameru yang menuntut kesabaran. Semoga bulan Ramadhan yg agung ini dapat membuat kita menjadi pribadi yang semakin bermakna. Dan itu hanya dapat dimulai dari cara menilai diri. Keagungan yang dianugrahkan kepada kita lewat akal memberi kita pilihan untuk terus mengarungi cakrawala yang luas ini dengan berbeda.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriah!

Komentar

fara'sstory mengatakan…
asli suka banget yang ngebahas gadget holic. di jaman sekarang, sifat individualis makin menjamur. miris memang. 5 cm salah satu film yang nampaknya menyentil para gadget holic individualis itu

Postingan populer dari blog ini

Hati Berproses

Waktu bergulir begitu cepat seperti debu yang merambat. Sesekali dapat terlihat dari celah sinar mentari yang masuk ke rumah. Debu berterbangan bebas tanpa arah. Namun itu menurut kita. Seperti waktu, debu dihadirkan dengan takdirnya mengikuti arah angin yang membawanya. Bisa menempel di pohon-pohon, bisa menempel di celah bangunan pencakar langit, bisa juga mengendap di lorong dapur tempat ibu biasa memasak. Maka waktu, meski bukan sekumpulan zat organik yang terbang bebas di sekitar kita, ia adalah jatah yang kita miliki, jatah keluasan udara yang kita rasakan saat ini. Wahai sang pemilik waktu, izinkanlah aku hanya berdoa kepada-Mu. Wahai pemilik bulan november yang menakjubkan, ada seorang anak kecil yang sedang berproses disana. Sejak kecil ia adalah wanita yang pandai menjaga dirinya. Seorang yang suci dan tak mudah terdistraksi. Sikapnya yang bijaksana melapisi tubuh mungilnya. Proses menentukan hasil. Semoga jiwa besarnya mengantarkan ia ke level selanjutnya.

Setan

Kutulis ini setelah aku bercengkerama dengan setan. Tak ada kebohongan tersirat dari wajahnya. Dia berkata seolah tak pernah ada yang mendengarnya. "Dunia ini hanya tinggal sisanya saja," katanya. Antara ada dan tiada aku pun memercayainya. Sisa dari apa? Aku pun tak paham. Namun begitulah dia beserta sifatnya. Berusaha membisikkan kuping manusia dengan kejahatan, meski itu bukan suatu kebohongan. Ya, kejahatan memang sudah lama merasuk dalam setiap sendi kehidupan umat manusia. Bercokol dalam dusta setiap ruh yang memakmurkannya. Tak ada bisa, tahta pun jadi. Kursi kekuasaan mampu melegitimasi nasib lebih-lebih daripada bisa meluluhlantakkan kancil yang arif. Sudah lama cerita ini menggema. Berulang terus dalam beberapa kisah berbangsa dan bernegara. Bukan hanya di atas saja. Dampak kuasa itu terus menjalar ke aliran selokan-selokan di bawah jalan raya ibu kota. Pengemis berdasi bergelimpangan memenuhi zona kapitalisasi ekonomi yang tak pernah lagi sama. Tipu muslihat tel

Passing Through

Hampir setiap tiga bulan kita bisa lihat ada smartphone keluaran terbaru yang mengusung spesifikasi terbaik. Handphone yang ada di tangan kita saat ini bisa menyediakan hampir semua kebutuhan kita, dia menampilkan sejuta pesona, dia adalah layar kotak bersinar penuh kilau. Sebagian waktu kita bisa jadi lebih banyak dihabiskan di depan layar smartphone atau komputer. Tapi tahukah kamu bahwa waktu adalah salah satu modal terbesar kita untuk membuat diri kita menjadi apa kita inginkan. Misalnya, kita ingin jadi orang sejahtera yang terlihat dari mobil yang kita punya, kita ingin punya perusahaan yang mempekerjakan beberapa karyawan, kita ingin lulus cumlaude dari sebuah universitas dan dipanggil sebagai mahasiswa terbaik pada perayaan wisuda, dan seterusnya. The problem is: the most of us doesn't realize what we want to be. " Because we're living in a world of fools ," begitu kata band legendaris Bee Gees dalam salah satu lagunya. Apa saja yang bersinar di layar gadget