Langsung ke konten utama

Jurnalisme

Kualitas jurnalisme menentukan kualitas demokrasi sebuah negara. Itu kata pakar jurnalisme dari eropa. Dan itu juga saya tahu dari liputan sebuah pertemuan Pemred berskala nasional di Nusa Dua, Bali. Lalu pada saat bersamaan, di rumah, ketika saya menulis ini, adik saya menangis kencang disemprot Bapak karena terus berisik rebutan duit Rp2000. Hubungannya apa?

Dari pertemuan Pemred Nasional yg dihadiri Presiden dan beberapa menteri itu, ada beberapa faktor yg sedikitnya menjadi latar belakang pertemuan tersebut. Kenaikan harga BBM, beragam kasus korupsi anggota partai penguasa, atau simpulnya: turunnya kredibilitas penguasa di mata rakyat (lewat media). Di sini media menjadi fokus utama pihak Istana. Dimana telah lama diketahui, di banyak tempat, media sebagai kekuatan super yang mampu menentukan mulusnya suatu pemerintahan. Dengan menjaga citra independesinya, media mampu menggiring opini publik dan mengajukan opini atas nama rakyat.

Bila ada seorang bapak yang menyemprotkan air ke muka anaknya yang tidak bisa diam, itu wajar. Tentu tidak seperti itu hubungan Penguasa dengan rakyat yang dipimpinnya. Pertemuan para petinggi media massa ini sedikitnya mengandung motif tertentu bagi Pemerintah sebagai pihak penyelenggara. Seperti anak SD yang menyuap Satpam sekolah untuk bisa kabur. Tidak. Mudah mudahan tidak seperti itu analoginya. Media harus tetap menjaga independensinya dari pihak manapun. Termasuk dari kepentingan pemilik modal. Semoga.

Dan dari pertemuan yang sangat jarang terjadi ini pula, ditegaskan kembali pentingnya jurnalisme sebagai salah satu fondasi majunya demokrasi negeri ini. Semakin dibutuhkan pula tenaga jurnalis yang berkualitas. Menyajikan informasi yang tak dangkal dan bermaslahat. Semoga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Berproses

Waktu bergulir begitu cepat seperti debu yang merambat. Sesekali dapat terlihat dari celah sinar mentari yang masuk ke rumah. Debu berterbangan bebas tanpa arah. Namun itu menurut kita. Seperti waktu, debu dihadirkan dengan takdirnya mengikuti arah angin yang membawanya. Bisa menempel di pohon-pohon, bisa menempel di celah bangunan pencakar langit, bisa juga mengendap di lorong dapur tempat ibu biasa memasak. Maka waktu, meski bukan sekumpulan zat organik yang terbang bebas di sekitar kita, ia adalah jatah yang kita miliki, jatah keluasan udara yang kita rasakan saat ini. Wahai sang pemilik waktu, izinkanlah aku hanya berdoa kepada-Mu. Wahai pemilik bulan november yang menakjubkan, ada seorang anak kecil yang sedang berproses disana. Sejak kecil ia adalah wanita yang pandai menjaga dirinya. Seorang yang suci dan tak mudah terdistraksi. Sikapnya yang bijaksana melapisi tubuh mungilnya. Proses menentukan hasil. Semoga jiwa besarnya mengantarkan ia ke level selanjutnya.

Setan

Kutulis ini setelah aku bercengkerama dengan setan. Tak ada kebohongan tersirat dari wajahnya. Dia berkata seolah tak pernah ada yang mendengarnya. "Dunia ini hanya tinggal sisanya saja," katanya. Antara ada dan tiada aku pun memercayainya. Sisa dari apa? Aku pun tak paham. Namun begitulah dia beserta sifatnya. Berusaha membisikkan kuping manusia dengan kejahatan, meski itu bukan suatu kebohongan. Ya, kejahatan memang sudah lama merasuk dalam setiap sendi kehidupan umat manusia. Bercokol dalam dusta setiap ruh yang memakmurkannya. Tak ada bisa, tahta pun jadi. Kursi kekuasaan mampu melegitimasi nasib lebih-lebih daripada bisa meluluhlantakkan kancil yang arif. Sudah lama cerita ini menggema. Berulang terus dalam beberapa kisah berbangsa dan bernegara. Bukan hanya di atas saja. Dampak kuasa itu terus menjalar ke aliran selokan-selokan di bawah jalan raya ibu kota. Pengemis berdasi bergelimpangan memenuhi zona kapitalisasi ekonomi yang tak pernah lagi sama. Tipu muslihat tel

Passing Through

Hampir setiap tiga bulan kita bisa lihat ada smartphone keluaran terbaru yang mengusung spesifikasi terbaik. Handphone yang ada di tangan kita saat ini bisa menyediakan hampir semua kebutuhan kita, dia menampilkan sejuta pesona, dia adalah layar kotak bersinar penuh kilau. Sebagian waktu kita bisa jadi lebih banyak dihabiskan di depan layar smartphone atau komputer. Tapi tahukah kamu bahwa waktu adalah salah satu modal terbesar kita untuk membuat diri kita menjadi apa kita inginkan. Misalnya, kita ingin jadi orang sejahtera yang terlihat dari mobil yang kita punya, kita ingin punya perusahaan yang mempekerjakan beberapa karyawan, kita ingin lulus cumlaude dari sebuah universitas dan dipanggil sebagai mahasiswa terbaik pada perayaan wisuda, dan seterusnya. The problem is: the most of us doesn't realize what we want to be. " Because we're living in a world of fools ," begitu kata band legendaris Bee Gees dalam salah satu lagunya. Apa saja yang bersinar di layar gadget