Assalamualaikum – semoga kalian dalam keadaan sehat dan sejahtera.
Pagi ini gue mau coba mencurahkan sedikit isi pikiran gue, yang takutnya sebentar lagi menggumpal dan tersapu bersama debu. Sebenarnya kalau kita perhatikan, manusia itu hidup dan bergerak berdasarkan pikirannya tau, bener gak? Nah, karena yang lagi nyanyi di headset gue saat ini adalah Bunga di tepi jalan-nya Sheila on 7, gue pun teringat tentang seorang anak perempuan yang belakangan ini membuat gue nyaman di tempat kerja. Namanya …, ah ga usah. Ciri-cirinya aja; berusia sekitar 19 tahun, tingginya sebahu gue, dan dia agak hiperaktif (mungkin karena kebanyakan mengonsumsi cabe rawit semasa kecil). Hari-hari belakangan ini, dia sering mendekat dan ngajak gue cerita berbagai hal, mulai dari pengalaman sampai pacar.
She’s very welcome to me, and it enjoyed me enough. Dengan kehadirannya, gue merasa menemukan diri gue yang selama ini terpendam. Gue bisa cerita banyak hal sama dia tanpa harus malu. Di ruang kerja yang luas dan hening pada hari weekday, gue bisa mendapatkan kesenangan sederhana: gue cerita, dia ketawa, gue nyengir, dia ketawa sambil ngeces. We simply make a lot of fun. Gue yang selama lebih banyak menyendiri (bukan di Goa Lawa), berhasil menemukan gue yang sama semasa masih di sekolah menengah. Dia cerita berbagai hal tentang orang-orang di sekelilingnya, tentang perasaannya, dan gue ngasih beberapa solusi yang (menurut gue) jenius (dan menurutnya membingungkan).
Yang belakangan baru gue sadari adalah obrolan dan kedekatan gue dengannya merupakan kemajuan signifikan dalam pengalaman komunikasi gue terhadap lawan jenis. Kalau boleh jujur, semenjak gue gagal mendapatkan hati classmate gue pas kuliah, gue jadi sedikit trauma untuk mendekati kaum hawa, terutama yang cantik nan jelita. Yang gue takutin Cuma satu hal: jatuh cinta, bahkan gue agak ragu untuk menulis dua kata itu. Tapi tunggu dulu, dengan statement ini gue bukan hendak menggolongkan anak kecil yang gue ceritain di atas sebagai perempuan yang tidak cantik. Dia imut dan unyu-unyu sebenarnya, cantik juga (biar dia seneng), tapi dia emang ga jelita juga sih. Setidaknya salah satu sisi inner beauty yang gue bisa liat dari dia adalah selalu berprasangka positif terhadap orang-orang yang baru dikenalnya. Everyone have their own life and soul.
Tulisan ini jelas bukan bermaksud menggunjingkan orang lewat media internet seperti para artis yang cari sensasi. Lewat tulisan ini gue cuma mau berterimakasih kepada anak kecil yang gue certain di atas, yang mungkin lebih baik gue panggil Unyil (tentu bukan karna lengannya yang menekuk rapat dan hanya bisa menggerakkan telapak tanggannya saja ya). Nama Unyil seperti terdengar cocok aja buat anak yang petakilan dang a bisa diem kalo gak diajak ngobrol. Haha….
Salam sejuk – semoga kesejukan selalu menyertai hati dan pikiran kita yang jernih.
08-2-’12, Pamulang
Komentar