Langsung ke konten utama

Netralisasi

Dalam hidup, katanya, perubahan itu adalah satu hal yg pasti. Tapi ada satu perubahan yg berbahaya, yaitu perubahan perasaan. Ada yg tau Naturalisasi. Ya, itu adalah istilah dalam sepak bola ketika seorang pemain harus berganti kewarganegaraan untuk membela suatu timnas. Tak jauh dari itu ada yg namanya Netralisasi.

Kali ini gue ada satu pemahaman berbeda tentang istilah ini. Netralisasi adalah suatu proses pergeseran makna seseorang di dalam hati. Dari yg tadinya menyukai sepenuh raga dan mencintai setulus hati, menjadi perasaan yg netral. Tak ada lagi impression yg mampu membuat hati bergetar. Istilah ini bukan gue temuin dari mana-mana. Ini hanya sebuah refleksi dari pengalaman di masa lalu.

Ketika ada seseorang yg amat disukai tiba-tiba menjadi milik orang lain, dalam sebab apapun itu hanya mengakibatkan satu: gempa hati. Ternyata bukan cuma bumi aja yg bisa gempa. Reaksi selanjutnya dari gempa tersebut tak lain adalah menghapus perasaan yg tertanam dalam hati. Tentu tak lebih sulit dari menghapus tulisan sejarah yg kadung menjadi komoditas politik dalam perjalanan bangsa ini.

Prosesnya cukup simpel. Dan itu sangat ditentukan dari karakter setiap orang yg berbeda-beda. Ada yg menetralkan perasaannya dengan menghapus secara perlahan memori keindahan sang pujaan hati. Ada pula yg mampu menghapusnyalebih cepat, yaitu dengan cara menonjolkan keburukan dan kekurangan orang yg disukainya. Intinya adalah usaha untuk menghapus memori eksklusif seseorang yg jadi tambatan hati.

Netralisasi ini menemui kendala ketika seseorang yg amat disukai itu berjumpa lagi dengan kita dalm situasi yg cukup personal. Dan proses ini menjadi masalah yg berarti ketika mengetahui bahwa sang tambatan hati ternyata menerima cinta dari pacar barunya bukan karena alasan cinta semata. Tapi karena alasan lain. Ini kan jadi kayak lagi enak-enak makan kue ulangtaun yg berlumuran coklat, tapi tiba-tiba ada cabe rawit yg meledak dalam mulut karena tergigit gigi graham.

Kalo ada yg bilang: kita hanya bisa merencanakan namun Tuhan pula yg berkuasa menentukan, mungkin itu ada benarnya. Itu pula kenapa di awal gue bilang tentang satu proses perubahan yg berbahaya. Ini menjadi bahaya ketika kita gak tau bahwa sang dambaan hati itu sebenarnya memiliki perasaan yg sama atau tidak.

Itu pula kesamaan Netralisasi dan Naturalisasi. Bila proses naturalisasi yg terlalu banyak diterapkan dalam satu timnas itu berbahaya bagi perkembangan sepak bola dalam negeri timnas tersebut, maka proses netralisasi akan amat berbahaya bila terlal sering dipraktekkan oleh seorang yg sudah lama 'sendiri'. Kalau sudah begitu, perbanyaklah mendengar lagu cinta yg kini jadi arus utama dalam setiap genre musik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Berproses

Waktu bergulir begitu cepat seperti debu yang merambat. Sesekali dapat terlihat dari celah sinar mentari yang masuk ke rumah. Debu berterbangan bebas tanpa arah. Namun itu menurut kita. Seperti waktu, debu dihadirkan dengan takdirnya mengikuti arah angin yang membawanya. Bisa menempel di pohon-pohon, bisa menempel di celah bangunan pencakar langit, bisa juga mengendap di lorong dapur tempat ibu biasa memasak. Maka waktu, meski bukan sekumpulan zat organik yang terbang bebas di sekitar kita, ia adalah jatah yang kita miliki, jatah keluasan udara yang kita rasakan saat ini. Wahai sang pemilik waktu, izinkanlah aku hanya berdoa kepada-Mu. Wahai pemilik bulan november yang menakjubkan, ada seorang anak kecil yang sedang berproses disana. Sejak kecil ia adalah wanita yang pandai menjaga dirinya. Seorang yang suci dan tak mudah terdistraksi. Sikapnya yang bijaksana melapisi tubuh mungilnya. Proses menentukan hasil. Semoga jiwa besarnya mengantarkan ia ke level selanjutnya.

Setan

Kutulis ini setelah aku bercengkerama dengan setan. Tak ada kebohongan tersirat dari wajahnya. Dia berkata seolah tak pernah ada yang mendengarnya. "Dunia ini hanya tinggal sisanya saja," katanya. Antara ada dan tiada aku pun memercayainya. Sisa dari apa? Aku pun tak paham. Namun begitulah dia beserta sifatnya. Berusaha membisikkan kuping manusia dengan kejahatan, meski itu bukan suatu kebohongan. Ya, kejahatan memang sudah lama merasuk dalam setiap sendi kehidupan umat manusia. Bercokol dalam dusta setiap ruh yang memakmurkannya. Tak ada bisa, tahta pun jadi. Kursi kekuasaan mampu melegitimasi nasib lebih-lebih daripada bisa meluluhlantakkan kancil yang arif. Sudah lama cerita ini menggema. Berulang terus dalam beberapa kisah berbangsa dan bernegara. Bukan hanya di atas saja. Dampak kuasa itu terus menjalar ke aliran selokan-selokan di bawah jalan raya ibu kota. Pengemis berdasi bergelimpangan memenuhi zona kapitalisasi ekonomi yang tak pernah lagi sama. Tipu muslihat tel

Passing Through

Hampir setiap tiga bulan kita bisa lihat ada smartphone keluaran terbaru yang mengusung spesifikasi terbaik. Handphone yang ada di tangan kita saat ini bisa menyediakan hampir semua kebutuhan kita, dia menampilkan sejuta pesona, dia adalah layar kotak bersinar penuh kilau. Sebagian waktu kita bisa jadi lebih banyak dihabiskan di depan layar smartphone atau komputer. Tapi tahukah kamu bahwa waktu adalah salah satu modal terbesar kita untuk membuat diri kita menjadi apa kita inginkan. Misalnya, kita ingin jadi orang sejahtera yang terlihat dari mobil yang kita punya, kita ingin punya perusahaan yang mempekerjakan beberapa karyawan, kita ingin lulus cumlaude dari sebuah universitas dan dipanggil sebagai mahasiswa terbaik pada perayaan wisuda, dan seterusnya. The problem is: the most of us doesn't realize what we want to be. " Because we're living in a world of fools ," begitu kata band legendaris Bee Gees dalam salah satu lagunya. Apa saja yang bersinar di layar gadget