Selamat pagi. Semoga kita selalu
dalam keadaan sehat. Selamat karena kita telah berada dalam bulan suci
Ramadhan. Bulan suci umat muslim sedunia. Ketika kita mau meng-update status di
facebook dengan unsur kata Ramadhan maka di layar komputer akan tampil sebaris
nama-nama teman kita yang diakhiri dengan kata “Ramadhan”. Dalam hati muncul
pertanyaan, “sadar gak ya mereka telah lahir pada bulan yang istimewa?” Entahlah,
yang pasti beruntunglah mereka yang lahir di bulan yang mulia ini.
Bicara mulia, kenapa ya cuma
hakim di pengadilan yang dipanggil “yang mulia”? Apa karena predikatnya sebagai
pemegang keputusan hukum lantas kita mengharap belas kasihannya dan
memanggilnya demikian. Sungguh, mulia itu hanyalah sifat Tuhan Yang Maha Esa. Adapun
beberapa manusia yang berhak disematkan kata mulia adalah mereka yang sifatnya
mencerminkan bahwa mereka kenal dengan Tuhannya.
Bulan Ramadhan bulan yang penuh
berkah. Sewajarnya kita mengisi waktu pada bulan ini dengan kegiatan yang baik
nan bermanfaat. Tidur dan nonton televisi juga baik bila kita tahu manfaatnya;
membuat tubuh rileks, mendapat informasi misalnya. Oh ya, pada bulan ini
acara-acara televisi mendadak religius pakaiannya, bajunya, setelannya. Lantas apa
dengan begitu berarti acara tersebut mengajak penontonnya jadi lebih religius? No
way. Lihat saja acara-acara televise pada waktu sahur. Bila kita lebih suka
sahur sambil nonton Tv, maka kita bisa lihat beragam acara komedi yang seolah
saling bersaing. Dengan sponsor brand-brand perusahaan multinasional yang
ternama, acara-acara komedi tersebut membuat kita tertawa, bahkan kalau bisa
sampai terbahak-bahak. Mereka para pelawak meraup rezeki yang besar pada bulan
yang penuh berkah ini. Namun lihat, apa yang kita dapatkan sebagai penonton? Setelah
ketawa puas, sebagian orang akan dengan mudah langsung nemplok di atas kasur
dan tertidur pulas. Dihiraukannya suara adzan dari televisi maupun dari masjid
deket rumah.
Mengapa demikian? Ambil contoh sebuah
acara komedi di stasiun Tv berlambang prisma segiempat saat sahur. Dengan lagu
dangdut yang digubah menjadi irama yang asoy, seluruh penonton di studio
menyanyikan lagu tersebut dengan serempak sambil bergoyang. Siapa yang
goyangannya paling aduhai akan mendapatkan hadiah dari artis/pelawak yang ada
di atas panggung. “Loh, gak ada yang salah kan?” Ya, memang. Tak ada salahnya
pula jika produser acara ini berusaha mengeksploitasi rasa humor para penonton.
Dari rasa humor yang berlebih, seseorang akan mengacuhkan rasa malunya dan
berujar, “yang penting senang.” Ditambah hadiah yang ditujukan bagi yang tariannya
paling ekspresif. Sampai di sini, ekspresi kesenangan – senang dalam irama dan
tawa, menjadi titik candu bagi acara ini. “Gak ada salahnya dong, menghibur
orang?” Memang. Membuat tertawa kucing yang lagi lewat juga gak salah. Tetapi kalau
dilihat-lihat lagi, acara ini jadi seperti caran kontes goyang dangdut; siapa
yang goyangannya paling yahud, dialah yang menang. Lantas mengapa acara seperti
ini diletakkan sebelum adzan subuh. Kenapa gak disiarin jam tujuh malam aja,
ketika para tukang ojek berkumpul di pertigaan; nunggu penumpang sambil nonton
Tv & main catur.
Komentar