Langsung ke konten utama

Resolusi Awal Tahun



Menjadi lebih baik dari sebelumnya tentu merupakan harapan setiap orang. Hal itu terlihat dari banyak orang yang membuat resolusi pada saat atau menjelang tahun baru. Cobalah menelusuri blog di awal tahun, kita akan menemukan banyak blogger yang menuliskan harapan dan target hidupnya untuk satu tahun ke depan. Begitu pula tidak sedikitnya website yang memberikan trik dan cara agar dapat mencapai resolusi. Yang jadi pertanyaan, kenapa harus pada saat tahun baru? Membuat resolusi di awal tahun, perlukah?

Jauh sebelumnya, Tradisi Resolusi Tahun Baru telah ada sejak 153 SM. Janus, dewa pintu dan semua permulaan merupakan simbol kuno bagi resolusi awal tahun. Konon, nama bulan Januari diambil dari nama dewa berwajah ganda ini (satu muka menghadap kanan dan yang satu lagi menghadap ke kiri). Pada saat itu, setiap awal tahun baru orang-orang Romawi kuno meminta pengampunan dari musuh mereka dan saling menukar hadiah. Mereka saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun, dan saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus. Fenomena itu telah berlangsung sekitar 4000 tahun yang lalu. Perayaan besar-besaran yang berlangsung selama 11 hari itu dirayakan di kota Babilonia.

Coba perhatikan sejenak, bukankah kita memulai hidup ini dari saat kita bangun tidur, dan bukan dari detik pergantian tahun. Perputaran waktu yang terus kita rasakan tiap tahunnya memang ditandai beralihnya menit ke menit, bulan ke bulan, dan tahun menuju tahun berikutnya. Bulan terus mengelilingi bumi, dan bumi terus mengelilingi matahari pada rotasinya. Kalender pun kita sepakati bersama sejak dulu sebagai tanda peralihan itu semua. Sistem penanggalan berdasarkan matahari itu pun hanya sebuah konstruksi sosial yang dibentuk pada saat  Julius Caesar diangkat sebagai kaisar Romawi pada tahun 45 SM.

Sebelum tahun 708 AUC (Ab Urbe Condita, kalender Romawi kuno yang dimulai sejak berdirinya kota Roma pada tahun 753 SM), orang Romawi memasuki tahun baru pada tanggal satu Maret. Maret adalah bulan pertama yang menandakan dimulainya musim semi. Musim semi yang diartikan sebagai kehidupan baru menjadi patokan dimulainya tahun baru. Hingga kini, orang Italia menyebut musim semi dengan la primavera, artinya kehidupan yang pertama.

Bukti bahwa Maret sebagai bulan pertama masih dapat dilihat hingga kini. Bulan ke-7 disebut September (septem: tujuh), bulan ke-8 disebut Oktober (octo: delapan), bulan ke-9 disebut November (novem: sembilan), dan bulan ke-10 disebut Desember (decem: sepuluh). Dahulu bulan Juli dan Agustus disebut Bulan Ke-5 (Mensis Quintilis) dan Bulan Ke-6 (Mensis Sextilis). Dengan mengetahui asal kata bahasa latin itu, jelaslah urutan nama bulan saat pertama kalender dibentuk.

Pada tahun 46 SM, Januari masih menjadi bulan ke-11. Lalu, di akhir tahun itu, Julius Gaius Caesar yang baru diangkat menjadi kaisar Romawi menetapkan kalender sistem solar (matahari) menggantikan yang sebelumnya, kalender sistem lunar (bulan).  Dengan pemberlakuan kalender ala Julius Caesar tersebut – kemudian dikenal sebagai kalender Julian –tanggal satu Januari pun menjadi awal Untuk menghormatinya, bulan kelahiran Julius Caesar, yakni Bulan Ke-5, diubah menjadi Juli.

Namun, tidak dapat dipungkiri pula, membuat resolusi atau – saya lebih suka menyebutnya – mimpi jangka pendek merupakan hal penting. Karena, dengan adanya mimpi, harapan, atau tujuan, kita akan dengan mudah dan jelas menjalani hidup. Tak ada lagi kegiatan melamun di waktu senggang, nongkrong di pinggir jalan, atau melakukan hal-hal bodoh yang dirasa sensasional. Hal ini pulalah yang tentunya menentukan kualitas setiap individu. Sejauh mana waktunya digunakan dengan optimal dan efisien menggambarkan sejauh mana ia menghargai dirinya sendiri.

Jadi, yang ingin saya katakan adalah membuat resolusi sebagai tujuan hari esokharus lebih baik dari hari ini itu perlu. Namun, tak harus di awal tahun bukan? Sekali lagi, hidup ini dimulai dari meleknya mata setelah terpejam karena idealnya, tak ada manusia yang tak butuh istirahat. Bahkan, orang-orang besar pasti punya agenda harian sebagai langkah yang lebih konkrit dari resolusi yang dibuat tiap awal tahun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Batu

Ada sebuah batu yang dapat terbang begitu jauh ketika dilempar sekuat tenaga di tengah hamparan pematang sawah. Ada batu lempung yang dapat loncat jauh berkecipak beberapa kali saat dilempar dengan tepat di atas air. Dan ada batu yang bila dilempar jauh maka kau akan dicari-cari orang sekampung, iya, coba aja lempar jauh batu cincin Pak haji. Tapi ada juga batu yang biasa bikin kita keki. Ga percaya? Beneran ga percaya? Yeuu, ga percaya. "Batu! sih lu dibilangin." Iya batu yang seperti itu. Krik banget ya? Eh iya, tapi aslinya ba-tu itu enak loh. Gue sering makanin waktu SD. Sekarang sih udah engga. Karena, ba-tu itu bro: Baso Tusuk! Hahaha. Kadang ada juga yang pake batu buat jadi nasehat. Iya, contohnya: "Jadikanlah ini sebagai batu loncatan kamu untuk...blablabla." Ya kan? Padahal kalimat itu kurang pas lho. Coba, seumur-umur udah berapa kali lu loncat dari atas batu? Begitu banyak batu kita temukan dalam keseharian kita. Namun ada yang paling solid, itulah...

Setan

Kutulis ini setelah aku bercengkerama dengan setan. Tak ada kebohongan tersirat dari wajahnya. Dia berkata seolah tak pernah ada yang mendengarnya. "Dunia ini hanya tinggal sisanya saja," katanya. Antara ada dan tiada aku pun memercayainya. Sisa dari apa? Aku pun tak paham. Namun begitulah dia beserta sifatnya. Berusaha membisikkan kuping manusia dengan kejahatan, meski itu bukan suatu kebohongan. Ya, kejahatan memang sudah lama merasuk dalam setiap sendi kehidupan umat manusia. Bercokol dalam dusta setiap ruh yang memakmurkannya. Tak ada bisa, tahta pun jadi. Kursi kekuasaan mampu melegitimasi nasib lebih-lebih daripada bisa meluluhlantakkan kancil yang arif. Sudah lama cerita ini menggema. Berulang terus dalam beberapa kisah berbangsa dan bernegara. Bukan hanya di atas saja. Dampak kuasa itu terus menjalar ke aliran selokan-selokan di bawah jalan raya ibu kota. Pengemis berdasi bergelimpangan memenuhi zona kapitalisasi ekonomi yang tak pernah lagi sama. Tipu muslihat tel...
Sudah lama sepertinya saya tidak menulis di media ini. Sumpah, susah tau menuang isi pikiran ke dalam tulisan semacam ini. Terakhir kali nulis di blog ini tahun 2018 dan sekarang sudah 2023! Lama juga ya. Sedikit cerita kenapa saya bisa nulis lagi di blog ini adalah disebabkan satu keputusan salah yang saya buat di tahun 2022, yaitu membeli MacBook Air M1 yang harganya jauh lebih mahal dari laptop windows kebanyakan. Iya, saya salah karena sebetulnya saya belum mampu beli device ini secara cash. Haha. Saat ini alhamdulillah saya sudah menikah & memiliki seorang anak. Anak perempuan lucu bernama Zhafira. Jadi lima tahun saya tapa menulis blog ini adalah waktu panjang yang saya isi dengan keputusan-keputusan penting dalam hidup. Menyukai perempuan - menikah - punya anak: itu sungguh pilihan penting yang akan mengubah seluruh hidupmu. Mengubah pandanganmu terhadap realitas dunia yang sedang kamu jalani, mengubah orientasi nilai-nilai yang kamu dapatkan & harapkan.  Mungkin bag...