Langsung ke konten utama

Idul Adha

Assalamualaikum. Semoga kita selalu dalam keadaan sehat sejahtera.

Tak terasa sekarang sudah idul adha aja. Sepertinya baru kemarin kita saling bersalaman di idul fitri. Gimana rasanya ketika kita dimasukkan dalam time capsule, seperti hanya duduk sebentar dan tiba-tiba waktu telah terlewat setengah tahun. Itulah yang baru saya rasakan ketika hari ini mendengar takbir berkumandang.

Hidup dalam rutinitas sebagai karyawan swasta memang kelihatannya nyaman. Berangkat pagi - pulang sore, tiap akhir bulan berwajah cerah ceria. Tapi tiap malam senin bermuram gulita. Misuh-misuh sendiri, mengapa senin begitu cepat datangnya. Takbir yang dikumandangkan tiap waktu shalat tiba menjadi terdengar megah di hari ini. Takbir yang jadi napak tilas peristiwa kemenangan nabi Ibrahim atas bisikan setan. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahil hamd.

Dalam sirahnya yang diceritakan dalam AlQuran nabi Ibrahim lewat mimpinya diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya sendiri Ismail alaihisalam. Ismail sendiri adalah anak tunggalnya yang kelahirannya ia dambakan. Bagaimana ia tidak bimbang menerima wahyu yang semacam itu. Nabi Ibrahim pun berjalan ke padang arafah, berdiam diri dan merenung, apakah mimpinya itu benar firman Allah atau bukan. Hingga akhirnya ia yakin akan kebenaran-Nya.

Pernah nonton film The Hobbit, paling tidak pernah dengar lah ya. Dalam film yang pertama, sang hobbit yang diajak bertualang oleh Gandalf bertemu dengan mahluk aneh di dasar jurang. Mahluk aneh itu mengaku dirinya sebagai gholum. Perangainya aneh, kadang ia berdialog dengan dirinya sendiri untuk memutuskan sesuatu. Ia berdialog dengan sisi lain dari dirinya yang lebih agresif dan bersuara parau. Karena perilaku itu pula akhirnya si hobbit berhasil lolos dari gholum yang berniat menyantapnya.

Satu pesan dari kedua cerita di atas. Bahwasanya kita tak bisa memungkiri, kita memiliki sisi lain diri kita yang mungkin saja turut andil dalam beberapa keputusan yang kita buat. Sisi lain tersebut hadir sebagai satu paket dalam hidup kita, menemani dan memahami kita sejak kecil hingga kini.

Beberapa dari kita mungkin sangat menyadarinya, beberapa lagi mengabaikan. Dua cerita di atas bisa menyiratkan bahwa kita menjadi manusia yang seutuhnya ketika kita berhasil menguasai sisi lain atau sisi apapun yang berusaha memengaruhi diri kita. Ketulusan dan kejujuran bisa menjadi makna yang sesungguhnya dari tiap keputusan yang kita buat.

Salam olahraga.

Komentar

Farrah Diba mengatakan…
Iya bener, waktu berasa cepet banget sekarang. Tetiba udah idul adha aja :D

aiiihh, postingan ini nampar banget, ka. Kadang saya suka nggak bisa ngendaliin sisi lain dari diri ini :(
rahardianaziz mengatakan…
Iya betul kak farrah..
Saya juga masih sering hilap, apalagi kalo liat tempe bacem baru mateng.

Postingan populer dari blog ini

Hati Berproses

Waktu bergulir begitu cepat seperti debu yang merambat. Sesekali dapat terlihat dari celah sinar mentari yang masuk ke rumah. Debu berterbangan bebas tanpa arah. Namun itu menurut kita. Seperti waktu, debu dihadirkan dengan takdirnya mengikuti arah angin yang membawanya. Bisa menempel di pohon-pohon, bisa menempel di celah bangunan pencakar langit, bisa juga mengendap di lorong dapur tempat ibu biasa memasak. Maka waktu, meski bukan sekumpulan zat organik yang terbang bebas di sekitar kita, ia adalah jatah yang kita miliki, jatah keluasan udara yang kita rasakan saat ini. Wahai sang pemilik waktu, izinkanlah aku hanya berdoa kepada-Mu. Wahai pemilik bulan november yang menakjubkan, ada seorang anak kecil yang sedang berproses disana. Sejak kecil ia adalah wanita yang pandai menjaga dirinya. Seorang yang suci dan tak mudah terdistraksi. Sikapnya yang bijaksana melapisi tubuh mungilnya. Proses menentukan hasil. Semoga jiwa besarnya mengantarkan ia ke level selanjutnya.

Setan

Kutulis ini setelah aku bercengkerama dengan setan. Tak ada kebohongan tersirat dari wajahnya. Dia berkata seolah tak pernah ada yang mendengarnya. "Dunia ini hanya tinggal sisanya saja," katanya. Antara ada dan tiada aku pun memercayainya. Sisa dari apa? Aku pun tak paham. Namun begitulah dia beserta sifatnya. Berusaha membisikkan kuping manusia dengan kejahatan, meski itu bukan suatu kebohongan. Ya, kejahatan memang sudah lama merasuk dalam setiap sendi kehidupan umat manusia. Bercokol dalam dusta setiap ruh yang memakmurkannya. Tak ada bisa, tahta pun jadi. Kursi kekuasaan mampu melegitimasi nasib lebih-lebih daripada bisa meluluhlantakkan kancil yang arif. Sudah lama cerita ini menggema. Berulang terus dalam beberapa kisah berbangsa dan bernegara. Bukan hanya di atas saja. Dampak kuasa itu terus menjalar ke aliran selokan-selokan di bawah jalan raya ibu kota. Pengemis berdasi bergelimpangan memenuhi zona kapitalisasi ekonomi yang tak pernah lagi sama. Tipu muslihat tel

Passing Through

Hampir setiap tiga bulan kita bisa lihat ada smartphone keluaran terbaru yang mengusung spesifikasi terbaik. Handphone yang ada di tangan kita saat ini bisa menyediakan hampir semua kebutuhan kita, dia menampilkan sejuta pesona, dia adalah layar kotak bersinar penuh kilau. Sebagian waktu kita bisa jadi lebih banyak dihabiskan di depan layar smartphone atau komputer. Tapi tahukah kamu bahwa waktu adalah salah satu modal terbesar kita untuk membuat diri kita menjadi apa kita inginkan. Misalnya, kita ingin jadi orang sejahtera yang terlihat dari mobil yang kita punya, kita ingin punya perusahaan yang mempekerjakan beberapa karyawan, kita ingin lulus cumlaude dari sebuah universitas dan dipanggil sebagai mahasiswa terbaik pada perayaan wisuda, dan seterusnya. The problem is: the most of us doesn't realize what we want to be. " Because we're living in a world of fools ," begitu kata band legendaris Bee Gees dalam salah satu lagunya. Apa saja yang bersinar di layar gadget