Langsung ke konten utama

Sistem Tanda

Ada sekian banyak orang
di seluruh belahan dunia
yang memahami hal-hal dalam semiotika
justru bukan sebagai semiotika
Umberto Eco (Travels in Hyperreality, 1986)

Dari salah satu buku yang pernah gue baca, gue teringat tulisan Pak Alex Sobur bahwa, “Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.” Pada dasarnya semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda-tanda. Contoh sederhananya, bagaimana kita memahami: bila traffic light menyala merah maka harus berhenti (bukannya ngeloyor terus sambil liat kanan-kiri). Tanpa harus belajar semiotika atau ilmu Komunikasi, kita sebenarnya telah banyak menerapkan sistem penandaan sebagai sebuah panduan awal komunikasi.
Salah satu contoh sistem tanda yang berlaku di rumah gue misalnya. Di rumah gue ada dua kamar mandi: satu di bawah, satu lagi di lantai atas (berdampingan dengan ruang jemuran dan satu kamar mini yang juga dipakai untuk menaruh jemuran – kering). Kondisi kamar mandi bawah masih oke, pintunya bisa dikunci dari dalam. Nah, kamar mandi yang di atas ini yang akan gue bahas.
Ruang kamar mandi yang direnovasi ulang tahun 2009 ini memiliki tampilan interior yang bagus, lantai dasar bercorak batu coral kecoklatan dan dindingnya dilapisi keramik berwarna krim sampai menyentuh atap. Namun, itu semua sayangnya tidak berbanding lurus dengan kondisi pintunya. Pintu yang berbahan dasar plastik itu harus rela berbagi hidup dengan lumut hijau, engselnya pun bercorak hitam – karena karatan. Pintu ini tetap kokoh berdiri, meski terpaan angin kencang kadang membuatnya terbuka sendiri. Ya, pintu ini sudah tidak punya lagi Ibu, maksudnya sudah jebol tuas kuncinya. Tuas itu telah dicabut sejak beberapa bulan lalu, dan sebagai gantinya seonggok kaos berwarna ungu punya adik gue harus nyangkut di lubang itu.
Seiring berjalannya waktu, kami sekeluarga memahami skema pemakaian kamar mandi atas yang tuas kuncinya sudah diganti kaos malang adik gue. Tanpa disadari keluarga gue memaknai: bila kamar mandi tertutup dan keran menyala, berarti ada orang di dalamnya, begitu pun bila pintu tertutup dan keran tidak menyala. Intinya, bila pintu tertutup berarti ada orang di kamar mandi. Gue sekeluarga, tanpa sengaja menciptakan tanda-tanda baru bagi pintu kamar mandi atas yang tidak bisa dikunci itu.
Ceritanya tidak sampai di situ. Beberapa hari kemarin, sodara-sodara sepupu gue datang ke rumah untuk merencanakan pernikahan salah satu sepupu gue yang tinggal tidak jauh dari Pamulang. Sodara gue kebanyakan berasal dariPurbalingga, mereka membincangkan apa saja dengan bahasa campuran Jawa-Indonesia. Ketika mereka datang, gue lagi main Footbal Manager 2012 di kamar. Lalu karena merasa gerah, gue pun meluncur ke lantai atas untuk mandi. Sedang asyik mandi, gue dikejutkan oleh pintu di sebelah gue yang tiba-tiba terbuka karena didorong, “Blaggh….” Tebak apa reaksi orang yang mendorong pintu tersebut: a) “Oh, my good…,”  b) “Ih, lucunya....” Segera kirimkan jawabannya ke 9123. Halah, ngaco. Dengan ekspresi yang tidak dapat dijelaskan, orang itu mundur perlahan dan minta maaf, “Oh, sorry, kirain ga ada orang.” Ternyata orang itu adalah salah satu sepupu gue, seorang pria yang sudah berkeluarga dan tinggal di Karawang (semoga dia ga ceritain pengalaman itu ke istrinya).
Komunikasi menjadi kegiatan dasar manusia karena kita membutuhkannya. Semiotika sebagai salah satu cabang ilmu Komunikasi, hadir dan kita lakukan tanpa kita harus tahu apa itu sistem tanda dan siapa itu Sigmun Freud. Kita terlahir dengan kemampuan akal luar biasa yang tidak kita sadari kapasitasnya. Keep spirit!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Berproses

Waktu bergulir begitu cepat seperti debu yang merambat. Sesekali dapat terlihat dari celah sinar mentari yang masuk ke rumah. Debu berterbangan bebas tanpa arah. Namun itu menurut kita. Seperti waktu, debu dihadirkan dengan takdirnya mengikuti arah angin yang membawanya. Bisa menempel di pohon-pohon, bisa menempel di celah bangunan pencakar langit, bisa juga mengendap di lorong dapur tempat ibu biasa memasak. Maka waktu, meski bukan sekumpulan zat organik yang terbang bebas di sekitar kita, ia adalah jatah yang kita miliki, jatah keluasan udara yang kita rasakan saat ini. Wahai sang pemilik waktu, izinkanlah aku hanya berdoa kepada-Mu. Wahai pemilik bulan november yang menakjubkan, ada seorang anak kecil yang sedang berproses disana. Sejak kecil ia adalah wanita yang pandai menjaga dirinya. Seorang yang suci dan tak mudah terdistraksi. Sikapnya yang bijaksana melapisi tubuh mungilnya. Proses menentukan hasil. Semoga jiwa besarnya mengantarkan ia ke level selanjutnya.

Setan

Kutulis ini setelah aku bercengkerama dengan setan. Tak ada kebohongan tersirat dari wajahnya. Dia berkata seolah tak pernah ada yang mendengarnya. "Dunia ini hanya tinggal sisanya saja," katanya. Antara ada dan tiada aku pun memercayainya. Sisa dari apa? Aku pun tak paham. Namun begitulah dia beserta sifatnya. Berusaha membisikkan kuping manusia dengan kejahatan, meski itu bukan suatu kebohongan. Ya, kejahatan memang sudah lama merasuk dalam setiap sendi kehidupan umat manusia. Bercokol dalam dusta setiap ruh yang memakmurkannya. Tak ada bisa, tahta pun jadi. Kursi kekuasaan mampu melegitimasi nasib lebih-lebih daripada bisa meluluhlantakkan kancil yang arif. Sudah lama cerita ini menggema. Berulang terus dalam beberapa kisah berbangsa dan bernegara. Bukan hanya di atas saja. Dampak kuasa itu terus menjalar ke aliran selokan-selokan di bawah jalan raya ibu kota. Pengemis berdasi bergelimpangan memenuhi zona kapitalisasi ekonomi yang tak pernah lagi sama. Tipu muslihat tel

Passing Through

Hampir setiap tiga bulan kita bisa lihat ada smartphone keluaran terbaru yang mengusung spesifikasi terbaik. Handphone yang ada di tangan kita saat ini bisa menyediakan hampir semua kebutuhan kita, dia menampilkan sejuta pesona, dia adalah layar kotak bersinar penuh kilau. Sebagian waktu kita bisa jadi lebih banyak dihabiskan di depan layar smartphone atau komputer. Tapi tahukah kamu bahwa waktu adalah salah satu modal terbesar kita untuk membuat diri kita menjadi apa kita inginkan. Misalnya, kita ingin jadi orang sejahtera yang terlihat dari mobil yang kita punya, kita ingin punya perusahaan yang mempekerjakan beberapa karyawan, kita ingin lulus cumlaude dari sebuah universitas dan dipanggil sebagai mahasiswa terbaik pada perayaan wisuda, dan seterusnya. The problem is: the most of us doesn't realize what we want to be. " Because we're living in a world of fools ," begitu kata band legendaris Bee Gees dalam salah satu lagunya. Apa saja yang bersinar di layar gadget